Minggu, 03 Januari 2010

Ramadhan, Momentum Purifasi Diri



Judul Buku    : Meraih Berkah Ramadhan
Penulis        : HM. Madchan Anies
Penerbit    : Pustaka Pesantren, Yogyakarta
Cetakan    : I, Agustus 2009
Tebal          : xii + 430 hlm
Peresensi    : Iqro’ Alfirdaus
  
Menyenangkan, Ramadhan tahun ini umat muslim serempak melaksankan   ibadah puasa pada hari yang sama. Hal itu menunjukkan betapa berartinya Ramadhan bagi orang yang memahaminya. Segala kebaikan, keutamaan serta berkah, Tuhan limpahkan di dalamnya. Sehingga bagi mereka yang tahu dan memahami sifat dan keutamaan Ramadhan, kehadirannya tidak terlewatkan begitu saja tanpa memperoleh nikmatnya keberkahan itu. Mereka akan bersiap diri menyambutnya dengan melakukan berbagai amal kebaikan agar memperoleh keberuntungan yang besar. Dan mereka tak akan berpisah dengan Ramadhan, kecuali telah menyucikan ruh dan jiwanya.
Tentu merugilah kita ketika bulan Ramadhan telah di depan mata tetapi tidak menerima pengampunan dari Allah. Menyia-nyiakan kehadirannya berarti kita membuang kesempatan emas seperti yang diungkapkan oleh penulis buku ini. Padahal antara waktu siang dan malamnya dipenuhi kebaikan dan keberkahan. “Dan berpuasa itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui” (Al Baqarah: 184).
HM. Madchan Anies, penulis buku ini, memberikan analogi yang sangat indah: Bila di sebuah lapangan luas disebarkan emas dan mutu manikam, kemudian diumumkan kepada masyarakat ramai bahwa lapangan tersebut penuh dengan emas dan mutu manikam, dan semua yang berminat boleh mengambil sepuas-puasnya tetapi hanya dalam tempo lima menit, apa yang akan terjadi? Semua orang yang mengerti nilai emas dan mutu manikam pastilah berlomba memungutinya. Dan tentu saja sangat besar pengharapan mereka agar waktunya diperpanjang sampai sore hari. Akan tetapi, orang-orang yang tidak mengerti nilai emas dan mutu manikam tentu hanya akan menonton orang banyak yang berduyun-duyun dan berebut emas itu. Begitulah tamsil kemuliaan bulan Ramadhan dan sikap umat Islam menghadapinya.
Tak heran kemudian ketika para sahabat dalam menata kehidupannya setiap tahun, mereka membagi dua belas bulan menjadi dua bagian. Enam bulan pertama mereka memohon kepada Allah agar bisa mendapati bulan Ramadhan dan bisa menjalankan ibadah di dalamnya dengan baik. Sedangkan pada enam bulan kedua, mereka memohon kepada Allah agar puasa dan semua ibadah yang dilakukan pada bulan tersebut diterima.
Demikianlah, para sahabat menjadikan Ramadhan sebagai munthalaq (titik tolak) kurikulum kehidupannya. Bulan Ramadhan dijadikan masa pembuktian ibadah lima bulan sebelumnya, sekaligus sebagai masa persiapan menempuh hidup di enam bulan sesudahnya. Wajar bila sahabat menjadikan Ramadhan sebagai munthalaq kurikulum kehidupannya, sebab pada bulan itu Allah memberikan berbagai keistimewaan yang tidak diberikan di bulan-bulan lain.
Beberapa keistimewaan pada bulan itu adalah dibukanya pintu rahmat (surga) dan ditutupnya pintu neraka, karena pada bulan itu, Allah mensyariatkan banyak ibadah yang dapat membawa seseorang ke surga. Sebaliknya, peluang masuk ke neraka kecil, karena peluang bermaksiat kecil. Pada bulan itu juga setan dibelenggu, derajat ibadah yang dilimpat gandakan dan dosa-dosa sebelumnya dihapus. Sebab, segala macam ibadah yang dilakukan di bulan Ramadhan mampu menggugurkan dosa. Jika kita sudah memahami hal itu, tentunya akan segera berlomba mengisi Ramadhan dengan amal kebajikan seraya mengharap pahala berlipat seperti yang Allah janjikan. Juga memenuhi diri dengan taubat, sebab pintu ampunan dibuka lebar.
Buku ini jelas memberikan distribusi yang berguna bagi pembaca. Meskipun mulanya buku ini memang ditulis menjadi semacam panduan ceramah para da’i Ramadhan, kita dapat pula menikmatinya sebagai bahan bacaan menjelang berbuka puasa, terlebih di bulan puasa Ramadhan ini. Toh, buku ini cukup ringan, bahasanya akrab dan luwes, renungannya empuk, dan disajikan sedemikian rupa sehingga setiap tema dapat dibaca dan diselesaikan dalam sekali duduk. Selamat membaca!

0 komentar:

Posting Komentar